Menemukan adalah
perkara kehilangan. Itu sudah menjadi hukum alam yang tak bisa terelakkan. Aku
sangat merasakan hal itu ketika kumenemukan seseorang yang baru hadir di
hidupku, maka aku pun merasakan kehilangan banyak hal yang sudah menjadi bagian
hidupku. Semua seolah menjauh perlahan tanpa disadari. Tidak ada kesengajaan
sedikit pun, tapi itu memang terjadi. Dunia seakan berkonspirasi untuk membuat
babak hidup baru menjadi sesuatu hal yang berbeda untuk dijalani. Anggaplah ini
sebuah hukum alam atau takdir, tapi memang seperti itulah keadaannya.
“Ini pasti akan terjadi. Kedekatan dan kebersamaan kita
perlahan akan memupus jika kita sudah sama-sama menikah nanti. Kamu akan sibuk dengan
suami dan anak-anakmu, pun aku. Kita akan punya kesibukan baru dan mengabaikan
kebersamaan kita sekarang ini.” ucap Rin malam itu di telepon. Aku mencoba
menyelami setiap ucapannya. Dalam hatiku membenarkannya walaupun aku tak ingin
ada yang berubah pada persahabatan ini. Apakah benar tak ada hal yang abadi di
dunia ini? Pernikahan? Persahabatan?
Ah, itu bagaimana kita menyikapinya saja, pikirku. Toh masih
banyak pasutri yang memiliki waktu untuk berkumpul bersama teman-teman dan
masih memiliki me time. Semua
tergantung pasangan masing-masing. Jika saling memahami dan tak memaksakan satu
sama lain untuk menjadi pribadi yang beda setelah menikah nanti, pastilah
semuanya akan baik-baik saja dan kehidupan masih bisa berjalan sebagaimana mestinya.
“Tidak akan ada yang berubah. Mungkin hanya jadwal travelling kita yang akan lebih molor
dan nggak akan sering-sering lagi. Dan mungkin juga jadwal curhat kita yang
nggak bisa semaunya lagi.”
“Tetap aja akan ada yang berubah, kan?”
“Yang penting jangan sampai kita menghilang satu sama lain.”
pintaku pada Rin.
“Semoga saja suami-suami kita nanti pengertian semua ya.”
“I hope so.”
***
Tapi apa yang dikhawatirkan Rin benar terjadi setelah
hari pernikahanku. Entah sejak kapan aku dan Rin jadi berjarak. Kami mulai tak lagi
saling curhat seperti biasanya, seolah hidup kami sudah sangat baik-baik saja. Tak seperti
sebelum aku menikah, hidupku dan Rin terasa sangat complicated. Kami tak pernah kehabisan bahan untuk saling bercerita
setiap harinya. Dari masalah sepele hingga aib terbesar kami sudah saling tahu
satu sama lain. Dan sekarang aku menjadi tertutup, pun Rin seolah tak punya
masalah lagi dalam hidupnya. Semua adem ayem dan persahabatan kami mendadak
anyep.
Tak ada obrolan menarik lagi. Tak ada hal apa pun yang
kami bahas lagi selain hanya berkabar beberapa minggu sekali lewat whatsApp.
Aku pun tak pernah menyentuh sosial media lagi. Semua statusku hanya berisikan
tentang kehidupan baruku saja. Aku mulai merasa egois pada semua orang.
Kehidupanku menjadi tertutup, tapi bukan berarti aku tak punya masalah dengan
suamiku. Kalau Rin tahu apa yang terjadi padaku mungkin ia akan menangis dan
segera mendatangiku. Aku sangat yakin itu.
Tapi aku berusaha untuk bersikap dewasa dengan tidak
mengumbar urusan rumah tanggaku kepada siapa pun sebobrok apa pun itu. Semua
kutelan sendiri, bukan sekadar untuk menjaga imejku, tapi aku sedang berusaha menjadi istri yang baik dengan tidak mengumbar aib suami kepada siapa pun
itu. Walaupun hidupku semakin terasa berat dan aku semakin merasa kehilangan Rin dan
kehidupanku yang dulu.
Benar saja, kan? Menemukan adalah perkara kehilangan. Di
saat aku menemukan kehidupan baruku maka aku telah kehilangan kehidupan lamaku.
Aku berusaha untuk tidak membiarkan ini terjadi. Perlahan aku berusaha
menemukan kembali kehidupan lamaku yang hampir hilang. Aku kembali sesering
mungkin berkomunikasi dengan Rin walaupun tetap tidak pernah terbuka soal
masalahku dengan pasanganku. Seburuk apa pun itu tetap akan kusimpan sendiri.
Ini pilihanku dan akan menjadi risikoku walaupun salah.
Aku hanya percaya apa pun yang terjadi dalam hidup sudah
tertulis oleh-Nya dan kita hanya bisa menjalaninya saja. Bukan pasrah pada
keadaan, tapi ketika manusia sudah menentukan pilihannya maka itulah yang harus
dijalani sebagai konsekuensi dari takdir Tuhan. Karena takdir itu juga
merupakan sebuah pilihan, bukan kebetulan.***
-
Melanie Tan
![]() |
| If I ever lose my mind I hope some honest person will find it and take it to Lost and Found; Rin. |
-
Melanie Tan

Komentar
Posting Komentar